Jumat, 14 Oktober 2011

Terima Kasih

Tuhan kami Yang Maha Sejahtera dan Maha Penyayang,

Terima kasih atas kehidupan yang telah Kau anugerahkan kepada kami, yang kebaikannya adalah sepasti kebaikan niat dan upaya kami.

Maafkanlah kami yang lebih sering mengeluh daripada mengupayakan perbaikan.

Maafkanlah kami yang sering mengatakan tidak mungkin, padahal sedang berbicara mengenai kekuasaan-Mu.

Maafkanlah kami yang sering berkecil hati dalam upaya memenangkan kebaikan, di hadapan orang-orang tidak jujur yang sedang Kau ijinkan berkuasa.

Tuhan kami Maha Luas Pemberian-Nya,

Damaikanlah kami dengan keyakinan bahwa kebaikan akan pasti menang, dan bahwa Engkau akan memelihara kami yang setia kepada yang benar.

Santunkanlah hati kami, anggunkanlah pekerti kami, tenagailah upaya kami untuk memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan kepada sesama dan alam.

Sehatkanlah kami dan jiwa-jiwa kecintaan kami, baikkanlah rezeki kami, dan ceriakanlah kami dalam pekerjaan dan persahabatan yang penuh kasih.

Aamiin

KEJUJURAN

Ooh … alangkah indahnya pribadi-pribadi besar, yang selalu ikhlas mengecilkan diri untuk membesarkan hati sesamanya.

Tapi, hmm … alangkah menyedihkannya orang-orang kecil, yang karena kebetulan yang tidak cerdas - menjadi pembesar yang sibuk menyelimuti dusta dengan kepalsuan.

Seandainya saja … mereka ikhlas menerima, bahwa tidak ada kedamaian dalam ketidak-jujuran.

Marilah kita berdoa, bagi mereka yang sedang salah, agar mereka mengerti, bahwa

Kewenangannya adalah untuk kebaikan sesamanya, bukan untuk memperburuk hukuman bagi masa depan yang hanya melanjutkan rendahnya derajat yang menyiksanya hari ini.

Kejujuran adalah obat bagi semua derita hati.

Selasa, 04 Oktober 2011

KEBAHAGIAAN

Sahabat dan adik-adik saya yang berhak untuk memutuskan bagi kebahagiaannya,

Saya biasanya positif, tapi saya paling ngeri mendengar seseorang bersedia menikahi orang berkebiasaan buruk, dengan alasan cinta dan keyakinan bahwa orang bisa berubah.

Bukti telah banyak membuktikan kebalikan dari yang diharapkan.

Maka, janganlah memutuskan untuk menjudikan hidup berdasarkan rasa mabuk cinta yang sangat sementara itu.

Lalu, bagaimana jika sudah terlanjur salah?

Cobalah pikirkan yang ini.

Orang yang berani mengkhianati janji suci pernikahannya, pasti karena merasa aman bahwa pasangannya adalah orang yang lemah, yang tidak akan mampu menghukumnya dengan tegas.

Ibu Linna dan saya, selain tidak ada niat untuk berkhianat, masing-masing dari kami tahu pasti bahwa kami tidak akan memaafkan pengkhianatan, apa pun alasannya, walaupun ada anak atau tidak.

Kesabaran memang tidak ada batasnya, tapi pengkhianatan pernikahan adalah masalah pelanggaran kehormatan dan penistaan hak bagi kehidupan yang baik.

Sehingga,

Kita bisa melanjutkan kesabaran dengan pasangan yang mengkhawatirkan, atau melanjutkan kesabaran dalam kemadirian yang lebih bebas memilih.

Jiwa yang dinistai dan tetap memaafkan, adalah jiwa yang sangat mulia karena besarnya keikhlasan dalam mengupayakan perbaikan, sambil mengabaikan adanya kemungkinan baik pada pilihan yang lain.

Jiwa yang dinistai dan memutuskan akhir dari hubungan, tetap bisa memaafkan dan memilih untuk memantaskan diri bagi kehidupan dan belahan jiwa yang lebih baik, sambil menjunjung tinggi hak untuk berbahagia yang dianugerahkan oleh Tuhan.

Maka, adik-adikku yang masih panjang masa depannya,

Putuskanlah yang baik bagimu, atau engkau tak baik bagi siapa pun.